Pensyiaran dengan syair

Syiar Lewat Syair
(Meneladani Metode Dakwah Habib Ali Bafaqih Ulama Nusantara)

Syair merupakan salah satu jenis puisi. Syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti "perasaan". Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti "puisi" dalam pengertian umum. Syair telah lama menjadi media mendakwahkan islam, bahkan sebelum islam datangpun syair telah menjadi budaya arab pra-islam. Bahkan Al-Qur'an pun diturunkan juga sebagai tantangan kepada pujangga Arab untuk bisa menandingi kehebatan mereka untuk melampui kehebatan Kalam Illahi ini.

Begitu juga di negeri kita tercinta, syair dengan bahasa daerah telah berperan besar dalam syiar islam di Nusantara di masa lampau. Syair atau bisa disebut tembang terkadang dibunyikan dengan alunan gamelan jawa ini, mampu menyedot perhatian masyarakat nusantara yang saat itu mayoritas masih menganut agama Hindu Budha atau kepercayaan Animisme atau Dinamisme untuk datang dan menyimak petuah para wali sambil melantunkan tembang. Dari tembang dengan kreatif para wali memasukkan ajaran islam dan budi pekerti secara halus. Mahakarya Wali Songo dalam tembang jawa yang masyhur diantaranya seperti  Asmarandana, Pangkur, Cublak-Cublak Suweng, Gundul-Gundul Pacul, Lir Ilir, Tombo Ati, dan berbagai syair lainnya. Syair tersebut terkadang didendangkan dalam permainan, ada juga yang dinyanyikan dengan diselengi sholawat saat diantara adzan dan iqomah yang lebih dikenal dengan istilah pujian, hal dilakukan karena waktu ini sebagaimana dikatakan dalam hadist nabi termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa,

Di zaman now ini, syair juga menjadi senjata ampuh dalam berdakwah yang dalam diselipkan dalam bacaan sholawat kepada Baginda Rasulullah SAW. KH. Muhammad Nizam As-Sofa, Pengasuh Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa, Simoketawang, Wonoayu Sidoarjo mengarang Syair Tanpo Wathon yang terkenal dengan Syair Gus Dur, selanjutnya ada Syair Kisah Sang Rasul Karya Habib Muhammad Riziq Syihab, Imam Besar Forum Pembela Islam (FBI) yang dipopulerkan oleh Habib Syekh bersama Ahbabul Mustofa dalam majelis sholawatnya. Dari kalangan Nahdatul Ulama sendiri juga muncul syair perjuangan mahakarya Almaghfurlahu KH. Abdul Wahab Hasbulloh, Pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang yang diijazahkan kepada salah satu muridnya yakni KH. Maimun Zubair, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Karangmangu, Sarang, Rembang salah satunya. Saat ini Lagu Hubbul wathon ini ditetapkan menjadi lagu wajib yang dikumandangkan dalam setiap agenda NU dimanapun.

Di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pun juga dikenal syair Sholawat Irfan karya Almaghfurlahu Prof. Dr. Ahmad Muhdlor, Pendiri Universitas Islam Lamongan dan Pendiri Lembaga Tinggi Pesantren Mahasiswa Luhur, Kota Malang. Kehilangan sosok Kyai dan Akademisi yang berpulang ke Rahmatullah pada hari Jum'at, 12 Desember 2013 ini, tak lantas membuat gairah menulis syair terhenti, saat ini di lingkungan akademisi kampus Ulul Albab ini semangat menendendangkan syair kembali digelorakan langsung oleh pimpinan kampus yang namanya dari Wali Songo Sunan Maulana Maulana Malik Ibrahim, dalam hal ini dinahkodai langsung oleh Prof. Dr. H. Abdul Haris, MA. Pria Lamongan yang pada tahun ini memegang tampuk kepemimpinan kampus menggantikan Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo ini begitu istiqomah mengarang syair-syair yang begitu indah memukau dalam setiap  agenda besar. Bahkan jika ada tamu yang datang ke kampus atau saat beliau menjadi pembicara dalam sebuah konferensi, seminar ataupun lokakarya, maka yang kami tunggu-tunggu adalah puisinya. Dan Guru Besar Manajemen Pendidikan Islam ini dalam berceramah dikenal lugas, ringkas, dan padat namun menarik perhatian karena kekhasannya dalam penyajian syair indah dalam pidatonya.

Begitu juga dengan Habib Ali bin Umar Bafaqih juga menggunakan media serupa dalam menyebarkan kalimah Illahi ini. Syair yang diciptakan sendiri oleh beliau  dibacakan sebelum memulai pengajian, syair tersebut dilantunkan untuk mengundang masyarakat dan menunggu jamaah lain untuk turut bergabung khususnya warga sekitar Kampung Islam Loloan, Negara, Jembrana, Bali.  Syair sarat makna ini begitu dalam maknanya dan begitu menyentuh jika membaca atau memperdengarkan. Dan berikut salah satu Syair Berbahasa Arab Karya Putra Habib Umar Bafaqih, Banyuwangi ini yang penulis dapatkan dari putra beliau, Habib Salim bin Ali Bafaqih, Pengasuh Pondok Pesantren Bafaqiyyah, Lelateng, Negara, Jembrana, Bali saat bersilaturrahmi ke kediaman beliau pada tanggal Sabtu, 18 Pebruari 2017 silam

يَا بَنِي اْلإِسْلاَمِ هُبُّوْا ۞  مِنْ رُقُوْدٍ مُسْتَدِيْم

*Hai anak-anak Islam! Bangunlah
-dari tidur yg panjang

وَاطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَبُّوْا ۞ دَعْوَةَ الدِّيْنِ الْقَوِيْم

*Tuntutlah ilmu dan sambutlah
- Dakwah agama yg lurus

إِنَّمَا الْعَيْشُ كِفَاحٌ ۞ فَاطْلُبُوْا فِيْهِ النَّجَاح

* Sungguh hidup adalah perjuangan
- Tuntutlah kesuksesan dalam (hidup)

وَبِهِ الْعِلْمُ سِلاَحٌ ۞       ذَلَّ مَنْ أَلْقَى السِّلاَح

*  Dengan (kesuksesan) ilmu (menjadi) senjata
- Merendahkan orang yang melempar senjata *

نَحْنُ فِيْ عَصْرٍ رُقِيٍّ ۞ وَعُلُوْمٍ وَنِظَام

* Kta (berada) di zaman yang maju,
- (penuh) ilmu dan aturan *

قَطُّ لاَ نَرْضَى بِعَيْشِ ۞ الذُّلِّ مِنْ بَيْنِ اْلأَنَام

* Kita sama sekali tidak rela dengan hidup yang hina diantara manusia*

(Al-Habib Ali bin Umar Bafaqih, Negara-Bali 1 Januari 1882 - 27 Februari 1999)

Jembrana, 27 Desember 2017


Santri Backpacker Nusantara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulianya para Penghafal Al-Qur'an Panglima Panji Islam

Sejarah Pusat Penyebaran Islam di Barat Bali

Kisah Kyai dan Sopirnya, Meneladi Dua Wali Besar KH. Arwani Amin Kudus dan KH. Abdul Hamid Pasuruan)